Showing posts with label Belut. Show all posts
Showing posts with label Belut. Show all posts

Friday, March 16, 2012

Cara Budidaya Belut Super

Cara Budidaya Belut Super

KOMPAS.com - _Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak asing lagi dengan belut. Hewan air tawar yang masuk dalam kelompok ikan berbentuk seperti ular ini digemari karena rasa dagingnya yang gurih. Belut boleh dibilang aman dikonsumsi oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Daging belut juga dipercaya dapat menambah vitalitas tubuh manusia.

Selain di rawa-rawa, hewan air ini banyak ditemukan di sawah atau kali (sungai). Lantaran peminatnya cukup banyak, pasokan belut tidak cukup mengandalkan dari tangkapan alam. Makanya, belakangan banyak orang tertarik budidaya belut.

Salah satu varian belut yang mulai banyak dibudidayakan adalah jenis belut super. Berbeda dengan belut pada umumnya, belut super memiliki ukuran lebih besar. Ukuran lingkar tubuhnya mencapai 6,5 cm dengan panjang sekitar 50 cm.

Herman Susilo, salah seorang pembudidaya belut super asal Malang, Jawa Timur, menyatakan, bobot tiga ekor belut super bisa mencapai 1 kg. Belut ukuran jumbo ini banyak dicari pengusaha restoran dan makanan ringan. "Kalau tidak budidaya, susah dapat belut super ini, padahal, pasarnya lebih menjanjikan," kata Herman.

Saat ini, Herman memiliki lima kolam lumpur tempat budidaya belut super. Setiap kolam berukuran sekitar 2x5 meter. Dengan pemberian pakan rutin, Herman bisa memanen belut setiap tiga atau empat bulan sekali. Jadi dalam setahun bisa empat kali panen.

Saat panen, setiap kolam bisa menghasilkan 250 kg belut super. Harga setiap kilonya sekitar Rp 30.000-Rp 35.000. Dengan harga tersebut, omzet yang didapatnya sekitar Rp 40 juta-Rp 50 juta setiap kali panen. Adapun laba bersihnya sekitar 50 persen dari omzet.

Biaya produksi yang dikeluarkan lebih banyak untuk pembibitan. Setiap satu kg bibit belut super ini dijual seharga Rp 40.000. "Sementara pakannya lebih banyak pakan alami, seperti kodok dan cacing," katanya.

Ia menghindari pemberian pelet karena justru dapat menghambat pertumbuhan belut. Selain budidaya belut hingga siap jual, belakangan ia juga mulai melayani penjualan bibit belut super.

Pemain lainnya adalah Prabowo dari Yogyakarta. Ia membudidayakan belut super sejak 2010. Saat ini, ia fokus menjual bibit belut super seukuran 15-20 cm. “Karena kalau bibit setiap bulan bisa langsung jual, sementara kalau tunggu besar itu sampai tiga bulan,” ujarnya.

Bekerja sama dengan petani, ia membudidayakan belut ini di pinggiran sawah. Omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 8 juta. Karena bekerja sama dengan pemilik sawah, laba yang didapatnya hanya 20 persen-30 persen. "Jadi saya berbagi dengan pemilik sawah," ujarnya.

Budidaya belut super belakangan semakin digandrungi. Maklum, selain tingginya permintaan pasar, budidaya belut ini juga tidak sulit. Herman Susilo, pembudidaya belut super dari Malang, Jawa Timur bilang, hal utama yang mesti diperhatikan adalah pemberian pakan.

Menurutnya, asupan pakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan belut. Ia menyarankan, sebaiknya belut super lebih banyak diberikan pakan alami, seperti keong, katak, atau cacing ketimbang pakan buatan. "Pakan alami membantu pertumbuhan lebih cepat," kata Herman.

Dengan pakan alami, belut super bisa lebih cepat dipanen karena pertumbuhannya juga menjadi lebih cepat. Jika diberi pakan buatan, belut super baru bisa dipanen dalam waktu enam hingga tujuh bulan sejak awal dipelihara. "Tapi dengan pakan alami bisa panen setiap tiga hingga empat bulan," jelasnya.

Selain itu, kecukupan pakan juga harus diperhatikan. Sebab, bila jumlah pakan kurang bisa menyebabkan terjadinya kanibalisme antar belut. Untuk itu, ia menyarankan pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.

Untuk metode budidayanya sendiri ada dua cara. Yakni, menggunakan media kolam lumpur dan menggunakan bubu bambu di sawah. Herman sendiri menggunakan media kolam lumpur. Langkah pertama yang harus dilakukan tentu menyiapkan kolamnya. Kolamnya sendiri tak perlu terlalu lebar. Cukup dengan diameter 2x5 meter sudah bisa menampung 50 kilogram (kg) bibit belut. Saat panen, bibit sebanyak itu bisa menghasilkan bobot 250 kg.

Setelah kolam jadi, lalu masukkan gedebok pisang dan jerami. Lalu masukkan pupuk kandang untuk mempercepat pembusukan gedebok pisang dan jerami. "Ketika sudah membusuk bisa jadi santapan tambahan belut," katanya.

Setelah pakan tambahan siap, lalu lanjutkan dengan pemberian lumpur kering. Setelah itu, masukkan air dengan kedalaman minimal 15 centimeter (cm). "Proses pembusukan gedebok pisang dan jerami terjadi sekitar dua minggu setelah air masuk," jelasnya. Setelah terjadi pembusukan, maka benih siap dimasukkan.

Cara budidaya yang lain adalah memakai bubu yang ditaruh di sawah. Prabowo, pembudidaya belut dari Yogyakarta menggunakan cara ini. "Keunggulan cara ini tidak perlu lahan." ujarnya.

Ia hanya perlu bekerja sama dengan pemilik sawah. Dalam satu petak sawah, ia biasa menanam 20 hingga 50 bubu sebagai tempat belut bertelur. Untuk makanan, cukup menaruh cacing di sekitar bubu tersebut. Prabowo sendiri hanya fokus menjual bibit belut super ukuran 15 cm-20 cm. “Yang penting telaten perhatikan pakan,” ujarnya. (Eka Saputra/Kontan)

Monday, February 6, 2012

Prospek Bisnis Belut Dan Sidat Semakin Menarik

Meski tergolong mahal, harga sepertinya tidak ada artinya bagi warga ekspatriat yang tinggal di Indonesia, apalagi orang-orang Jepang dan Korea. Bahkan di Jepang, sidat menjadi menu favorit yang disajikan dengan berbagai olahan seperti Kaboyaki, Pilet, Sidat Asap, hingga nuget. Sidat memiliki kandungan vitamin A 45 kali lebih tinggi dari susu sapi. Begitu juga dengan DHA sidat mencapai 1373 mg/100 gram, sementara ikan salmon saja hanya 748 mg/100 gram, serta dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria dewasa. Di Indonesia sidat juga bisa ditemukan di supermarket kelas menengah atas dengan harga Rp.86 ribu (sekitar 25-40 gram). Selain itu banyak juga restoran Jepang dan Korea yang banyak menyajikan sidat.

Jenis ikan sidat yakni Anguilla marmorata merupakan pasar favorit di China, Hongkong dan Taiwan. Sementara,jenis Anguilla Bicolor menjadi primadona di pasar ikan sidat di Jepang dan Korea Selatan. Total kebutuhan dunia atas ikan sidat saat ini melebihi 400 ribu ton/tahun.

"Kita berkepentingan memacu produktifitas ikan sidat. Ini, untuk mendiversifikasikan jenis ikan tidak hanya melulu pada udang dan tuna. Secara bertahap,ikan sidat yang kita ekspor dirubah dalam bentuk semi olahan. Tidak lagi benih,"

Permintaan sidat di pasar lokal cukup banyak. Begitu juga dengan permintaan ekspor sidat dari Jepang meningkat menjadi 2000 ton di tahun 2011. Hal ini dikarenakan Jepang telah menutup akses impor sidat dari Taiwan dan China yang tercemar bakteri patogen. Dengan demikian tentu permintaan sidat ke Indonesia akan meningkat tajam. Dari kebutuhan sidat di Jepang 60 ribunya masih belum terpenuhi, padahal di Jepang juga punya jenis sidat Japonica sp

Permintaan sidat di pasar lokal cukup banyak. Begitu juga dengan permintaan ekspor sidat dari Jepang meningkat menjadi 2000 ton di tahun 2011. Hal ini dikarenakan Jepang telah menutup akses impor sidat dari Taiwan dan China yang tercemar bakteri patogen. Dengan demikian tentu permintaan sidat ke Indonesia akan meningkat tajam. Dari kebutuhan sidat di Jepang 60 ribunya masih belum terpenuhi, padahal di Jepang juga punya jenis sidat Japonica sp.

Kabar baiknya lagi, petani sidat juga masih sedikit, padahal persediaan bibit tidak terbatas di sepesisir laut Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu, pemerintah juga telah melarang ekspor bibit sidat keluar negeri yang tertuang dalam PerMen 18/2009.

Namun sayang, saat ini banyak pondok-pondok yang didirikan warga Jepang dan Korea di daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat yang berfungsi ganda sebagai tempat penampungan bibit dari masyarakat sekitar untuk dibesarkan di kolam pembesaran milik asing dan dibuat berbagai macam produk olahan sidat yang kemudian di ekspor ke negaranya masing-masing.


Monday, January 3, 2011

Peluang Ekspor Belut Belum Tergarap

TEMPO Interaktif, Karawang - belut (anguilla sp.) atau dikenal sebagai belut air ternyata merupakan salah satu komoditas berharga. Kalau Anda mengenal ikan Salmon sebagai lauk dengan kandungan DHA paling tinggi, maka kamus menu dapur Anda mungkin perlu ditambah dengan daging belut. Pasalnya, menurut penelitian kandungan DHA belut, komoditas asli Indonesia, ini ternyata jauh lebih tinggi dari Salmon.

Di Jepang, yang masyarakatnya gemar mengkonsumsi ikan segar, daging belut atau dikenal sebagai Unagi merupakan menu favorit restoran. Tak heran kalau belut asli Jepang (anguilla japonica) sampai masuk daftar hewan langka yang tak boleh diperdagangkan oleh Konvensi Perdagangan Internasional untuk Hewan-Hewan Langka (CITES). Tapi di Indonesia tentunya ini adalah peluang besar yang harus digarap.

Kepala Balai Layanan Usaha Tambak Pandu Karawang I Made Suitha mengatakan permintaan Jepang atas belut mencapai 100 ribu ton per tahun. "Kalau ekspor kita bisa memenuhi seperempatnya saja sudah bagus untuk kita," kata Made dalam Press Tout Kementrian Kelautan dan Perikanan, Sabtu pekan lalu.

Selama ini, kata Made, Indonesia baru mengekspor belut dalam bentuk benih. Karena itu, pada 2010 ini, Pemerintah menargetkan akan mengekspor belut siap dikonsumsi. "Dengan begitu ada nilai tambahnya," ujarnya. Tak hanya Jepang sebagai peminat utama, pasar Korea Selatan, Vietnam, dan Taiwan juga besar.

Untuk pangsa pasar Jepang, yang menjadi produk unggulan adalah jenis anguilla bicolor yang harganya mencapai Rp 55 ribu per kilo gram. Sebelumnya belut jenis ini harganya sempat mencapai Rp 105 ribu per kilo gram.

Selain jenis bicolor, Indonesia mempunyai dua jenis lain yang juga laku di pasaran Internasional, yaitu jenis marmorata dan renhati. Di pasar harga marmorata mencapai Rp 150 ribu per kilo gram sementara renhati mencapai Rp 300 ribu per kilo gram. "Peminat marmorata mencapai pasar Amerika Serikat," kata Made.

belut jenis renhati, tadinya banyak dikembangkan di Australia, tapi ternyata di sana tak bisa bertumbuh optimal karena pengaruh musim dingin. "belut jantan hanya bisa bertumbuh hingga setengah kilo gram dan yang betina hanya sekitar dua kilo. Kalau di Indonesia, yang jantan bisa mencapai dua kilo gram dan yang betina bisa sampai lima kilo gram," ujar Made.

Sejak bulan lalu, Australia bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan belut jenis ini. Saat ini proses budidaya sudah dipindahkan dari Karawang ke Suri Tani Pemuka di Probolinggo.

Sayangnya, menurut Made, tambak belut di Indonesia belum tergarap optimal. Dari target pembesaran 15 kilo gram per meter kubik baru tercapai 10 kilo gram per meter kubik.

Karena itu, agar keinginan mengekspor segera terlaksana pemerintah menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Jepang, Asama Industry Co. Ltd. untuk belajar mengelola tambak pembesaran belut sesuai standar pasar Jepang. "Pada tanggal 24 Maret ini mereka akan menindaklanjuti perkembangan budidaya di sini,"tambah Made.

Menurut Made, konsumen Jepang agak ceriwis soal kualitas. Mereka, misalnya, hanya mau belut yang kadar lemak dagingnya rendah (tak boleh lebih dari 10 persen). belut-belut tujuan ekspor itu pun musti diberi pakan khusus berupa pasta yang dipercaya mempengaruhi rasa daging. Konsumen Jepang, kata Made, juga lebih menyukai belut dengan ukuran sekitar 250 sampai 400 gram per ekornya.

Made mengungkapkan persaingan dalam pasar belut mulai ketat, termasuk sejumlah hambatan non-tarif dalam perdagangan internasional. Bahkan di Jepang juga ada mafia bisnisnya. "Sekarang persyaratan masuk ke pasar Jepang semakin bermacam-macam. Bahkan ada persyaratan proses budidaya harus dilakukan di dalam ruangan," tutur Made.


Permintaan dunia untuk belut per tahun mencapai 230.000 ton. Sementara permintaan Jepang mencapai 120.000 ton per tahun.

Sejauh ini, menurut Saut, Cina menjadi produsen utama belut yang memasok 70% permintaan dunia. Sementara produsen belut lainnya selain Indonesia adalah Vietnam dan Bangladesh.

Ekspor belut pertama kali dilakukan Indonesia ke Taiwan pada tahun 2007, sebesar 300 kilogram (kg). Ekspor belut lainnya juga dilakukan ke Hongkong, Singapura, Jerman, Italia, Belanda, dan Amerika Serikat.

Penyebaran belut sendiri sangat luas di tanah air. Ada sekitar 12 spesies belut yang tersebar di pantai barat Pulau Sumatera, pantai pesisir selatan Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, pantai timur Pulau Kalimantan, perairan Sulawesi, Maluku, hingga di perairan Papua.

Cara budidaya belut super
Peluang Bisnis Ekspor Terbuka Lebar, Dengan Ide Besar Kita Bisa Bangun Usaha Ini Tanpa Modal. Bila Ingin Belajar Bisa Bergabung di Forum BDR Bila anda adalah supplier untuk barang-barang ekspor, dengan senang hati kami menerima kerjasama pemasaran untuk produsesn dan marketing, silahkan kontak kami

Artikel Terbaru Forum Bisnis Ekspor Indonesia